(Semacam) FAQ Soal #kamiskebioskop
- November 16, 2011 -
T:Apakah #kamiskebioskop merupakan kelompok?
J:Bukan, #kamiskebioskop adalah ajakan untuk siapa saja yang mau ikut mendukung kelangsungan budaya menonton film-terutama film Indonesia, dengan menonton di hari pertama pemutaran sebuah film di jaringan bioskop Indonesia.
T:Apakah #kamiskebioskop hanya dimaksudkan untuk mendukung film-film Indonesia buatan pembuat film/rumah produksi tertentu saja?
J:Tidak. Ajakan ini bersifat terbuka, bebas, tidak mengikat, intinya adalah sebagai pengingat kepada penonton soal betapa pentingnya peran mereka dalam mendukung keberlangsungan produk budaya seperti film. Selama ini yang terjadi kerap penonton hanya ‘diatas-namakan’ oleh pihak-pihak tertentu dengan mengatakan, misalnya, “penonton Indonesia hanya suka/bisa mengerti film yang ‘ringan’, ‘menegangkan’, ‘cinta-cintaan’,” padahal adalah bagian dari hak penonton untuk memiliki keragaman tontonan. Sehingga, bila ada film yang dibuat dengan resiko membuka segmen penonton baru yang selama ini belum terjamah, dan kemudian film itu berhasil direspon sejak hari pertama pemutarannya di bioskop, maka penonton lah yang berjasa dalam mendukung para pembuat film serta investor untuk terus membuat film-film yang berkualitas, SIAPAPUN PEMBUATNYA.
T: Sejumlah kota belum memiliki bioskop, apa relevansi dari #kamiskebioskop?
J: Tetap relevan. Dalam arti, bila ada film yang didukung dengan segera oleh khalayak penonton di kota-kota yang telah memiliki jaringan bioskop, kemudian para penonton itu membuka forum pendapat di jaringan media sosial seperti Twitter dll, informasi ini tentu akan tersampaikan ke beragam pihak. Informasi yang dimaksud di sini adalah yang berkaitan dengan soal perlunya pengadaan ruang-ruang putar/bioskop di manapun di Indonesia. Karena, film Indonesia ada karena dukungan penonton Indonesia. Suara penonton menjadi penting sebagai faktor pendorong beragam pihak yang berkaitan dengan industri film untuk ikut mempercepat terbentuknya industri film di Indonesia.
T: Apakah bentuk dukungan terhadap #kamiskebioskop harus dengan NOBAR?
J: Sama sekali tidak perlu. Bentuk dukungan bisa diwujudkan dengan sederhana tapi konsisten yakni dengan membiasakan menonton di setiap hari Kamis, dan memahami pentingnya dukungan dengan cara itu terhadap film Indonesia.
T: Apa kepentingan publik/masyarakat biasa (non-film) dengan mendukung #kamiskebioskop?
J: (1) Menonton film merupakan kegiatan pendidikan budaya, karena menonton adalah ‘mengalami’, (2) Industri film yang baik/kuat akan mampu membuka peluang pekerjaan bagi banyak orang dan juga mengembangkan bidang-bidang terkait seperti sekolah/sarana pendidikan film, dll. Di tengah mulai maraknya wacana mengenai ‘industri kreatif’, industri film Indonesia yang sebetulnya telah memiliki sejarah panjang, bisa menjadi contoh sekaligus bagian dari harapan berbagai pihak guna menumbuhkan industri kreatif di Indonesia. Karena, meskipun film adalah produk budaya, namun ia juga bersentuhan dengan industri kreatif, dan hanya industri kreatif yang bisa relevan dengan kebutuhan publiklah yang akan bisa berkembang menjadi ‘industri’. Karena itu (dalam hal film), suara publik/penonton yang disampaikan melalui tiket yang dibelinya di bioskop, setiap kali ia menonton sebuah film bisa menjadi acuan data yang menjadi tolak ukur bagi semua pihak pelaku industri film untuk terus bisa menjawab kebutuhan publik.
T: Siapa yang diizinkan menggunakan hashtag #kamiskebioskop?
J: Semua individu yang mendukung dan memahami ajakan menonton di hari Kamis.
T: Apa objektif jangka panjang dari ajakan #kamiskebioskop?
J: Membentuk publik penonton Indonesia yang memahami hak serta kekuatan mereka dalam mendukung keberlangsungan industri film Indonesia melalui film-film Indonesia yang berkualitas. Publik penonton bisa menyampaikan opini mereka via Twitter atau sarana media sosial lainnya, untuk mendukung film-film yang diyakini mereka memang pantas dipertahankan untuk diputar selama mungkin di jaringan bioskop Indonesia. Penonton juga bisa mengirimkan foto dari tiket film-film yang mereka tonton di hari pertama pemutaran dan membaginya melalui jaringan sosial, selain itu mereka juga bisa berbagi kisah/pengalaman menonton, atau memberi masukan kepada pengelola bioskop (misalnya, bila ruang putar kurang bersih, ada problem tehnis yang terabaikan seperti ‘sound’, ada gangguan seperti penonton mengobrol/menjawab HP di ruang putar).