belkastrelka mempersembahkan Bela Bangsa Album Launching

- November 19, 2011 -

Setelah hampir setahun sejak peluncuran album ‘Penyusup Misterius dan Suara-suara Aneh dari Kamar’, kami kembali akan meluncurkan sebuah album berjudul ‘Bela Bangsa’. Album ini merupakan bagian dari sebuah proyek dengan judul sama.

Album ini akan di-launching dalam sebuah mini konser yang bergaya musikal. Kami akan mengundang seniman-seniman yang berkolaborasi dengan kami dalam album ini untuk ikut tampil. Di antaranya, Erson Padapiran, Iwan Ariyanto, Sarita Fraya, Ari Wulu, Hindra Setya Rini, Umbrella Project dan beberapa aktor Teater Garasi, yakni Mohammad Nur Qomaruddin, Very Handayani, Bahar Sukoco, dan Nurcholish.

PROYEK BELA BANGSA

Proyek Bela Bangsa adalah sebuah proyek yang bermula dari kegelisahan kami sebagai orang
Indonesia, yang berkarya di Indonesia, lahir di Indonesia, hidup di Indonesia, pertama kali bercinta di Indonesia, dan mungkin juga akan mati dan dikubur di Indonesia. Terlahir sebagai orang Indonesia mungkin dianggap kutukan bagi sebagian orang, tanpa bisa kami hindari pikiran semacam itu juga kadang terlintas. Tetapi menyesali bukan cara produktif dalam menyikapi keadaan. Lewat Bela Bangsa, kegelisahan tersebut, rasa nasionalisme dan kemuakan-kemuakan, menjadi sumber inspirasi kami dalam berkarya. Kami berbicara tentang Indonesia berdasarkan persepsi kami, dari apa yang kami lihat dan rasakan atas kenyataan yang terjadi, orang-orang, peristiwa-peristiwa, isu-isu, juga hal-hal yang sudah mendarah daging. Kami ingin melihat kembali Indonesia lewat diri kami sendiri: lewat ingatan, ide dan pemikiran, perasaan-perasaan, mimpi, atau bahkan bayang-bayang ideal tentangnya. Proyek ini adalah sesuatu yang punya nilai personal teramat besar.

Kami mengolah berbagai unsur tersebut dalam semangat lokalitas. Sesuatu yang pada dasarnya berlangsung di sekitar kita, yang kita miliki bersama. Lokal di sini adalah lokal yang hibrid, yang mungkin buat sebagian orang rendahan atau “bukan budaya kita”, namun sebenarnya sangat Indonesia dan hanya bisa ditemukan di Indonesia – dalam artian kultural, bukan geografis. Tanpa bertendensi untuk mewakili cluster tertentu ataupun menghakimi siapa-siapa, kami hanya ingin berbangga atas kreatifitas yang ada di akar rumput, yang dianggap kampungan, tumbuh di lingkungan sub-urban, yang terpinggirkan karena mungkin bagi kelas tertentu bisa menjatuhkan prestis mereka. Kami tidak juga segan untuk mempertemukannya dengan unsur-unsur dari kutub yang berlawanan. Buat kami, hal ini merupakan sebuah potensi besar, yang patut kami rayakan dengan Proyek Bela Bangsa.

Apa yang kami bela adalah lokalitas yang beragam tersebut. Untuk apa? Mungkin sekedar ingin berbagi cerita tentang kegelisahan, kerinduan, ataupun kesenangan tentang negeri ini, atau juga mungkin hanya sekedar dalam rangka menghibur diri atas segala kekecewaan dan mencoba menegakkan kepala. Apa yang kami bela tentu saja apa yang kami anggap berpotensi, yang bernilai dan tidak dapat tergantikan bagi kami.

IDE MUSIK BELA BANGSA

Musik di dalam album ini merupakan percampuran atau tabrakan dari berbagai unsur dalam budaya lokal Indonesia; yang hibrid dan serba nanggung; antara menjadi modern atau menjadi kejutan yang lain. Komposisi musik dibangun dari kenyataan dunia ketiga Indonesia yang pecah dan semena mena. Tabrakan tabrakan budaya ini lah yang memunculkan membuat hal lain; sebuah genre musik yang tidak teridentifikasi sebelumya, namun sesungguhnya hal hal tersebut dekat dekat dan terjadi di sekitar kita. Rhoma Irama dan Soneta Group di era 70-an dan 80-an cukup menjadi inspirasi yang kuat. Rhoma Irama telah berhasil menyumbangkan sebuah genre baru bagi dunia. Sebuah percobaan penggabungan berbagai unsur budaya; musik Arab, musik India dan musik Melayu digabungkan dengan rock klassik ala Deep Purple, Led Zeppelin dan Black Sabbath. Percobaan gila inilah yang menjadikannya legenda, revolusi yang berdampak besar bagi musik Indonesia.

Album Bela Bangsa adalah sebuah kolase musik yang menggali ingatan tentang tradisi lokal di dalam kesadaran maupun tidak, serta dari semua referensi di dunia yang ikut serta membentuk pengetahuan dan kemampuan bermusik kami. Unsur dangdut, melayu, jathilan, ketoprak, hadrah, qasidah, karawitan dijajarkan dengan genre rock klasik, soul, rock n roll, ngrunge, ballad dan jazz, kemudian ditambahkan unsur unsur lain diluar musik seperti suara pasar malam tradisional, suara chip murah dari para pedagang keliling, sampah suara kota dan jalanan dan suara digital dari komputer atau gadget.

Susunan kolase tersebut membuka jalan bagi sebuah eksplorasi baru dan pengembaraan yang imaginatif ke dalam wilayah domestik kita sendiri. Musik Bela Bangsa juga dapat dikatakan sebagai perayaan atas apa yang selama ini dianggap hibrid dan kampungan.

BENTUK PROYEK BELA BANGSA

Proyek ini akan diwujudkan dalam tiga bentuk; album musik, pameran dan pertunjukan. Sebagai awalan, kami akan merilis album Bela Bangsa yang tersusun atas 13 buah lagu. Sementara pameran dan pertunjukan akan menyusul sebagai respon dan bentuk karya baru dari lagu-lagu di album tersebut dalam media yang berbeda.

LAUNCHING ALBUM BELA BANGSA

Launching album Bela Bangsa ini akan menjadi semacam pengantar bagi keseluruhan proyek. Pertunjukan musik yang menjadi bagian dari launching ini merupakan presentasi/showcase awal dari pertunjukan utuh yang akan kami buat tahun depan. Sebagian Setting, Kostum dan rancangan desain lainya akan diwujudkan dalam acara tersebut.

Dalam acara launching ini,kami akan mengundang seniman-seniman yang berkolaborasi dengan kami dalam album ini untuk ikut tampil, di antaranya ada Erson Padapiran, Iwan Ariyanto, Sarita Fraya, Ari Wulu dan beberapa aktor Teater Garasi; Mohammad Nur Qomaruddin, Very Handayani, Bahar Sukoco, Nurcholish, dan Irfanuddien Ghozali.

Acara akan diadakan di studio Teater Garasi, 24 November 2011, pukul 19.30 WIB