FILM MUSIK MAKAN 2020: Membuka Akses Publik Terhadap Film-Film Alternatif dan Memberi Audiens Pada Bakat-Bakat Terkini
- February 11, 2020 -
Film Musik Makan 2020 akan diadakan hari Minggu tanggal 8 Maret di GoetheHaus, Jakarta. Di tahun keenam ini, Film Musik Makan fokus pada sejumlah karya baru dan segar dari sineas Indonesia. Untuk pertama kalinya, Film Musik Makan membuka kesempatan bagi sineas film pendek mendaftarkan filmnya untuk dikurasi dan ditayangkan di Film Musik Makan. Di lima edisi Film Musik Makan sebelumnya, kurasi tim program bersifat tertutup dan kali ini ketika membuka open submission selama lebih kurang dua bulan tercatat 126 film pendek masuk di meja tim program Film Musik Makan. Dari sederet film-film yang masuk terpilih dua film pendek, Astral karya Piet Patrik dan juga Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka dari sutradara Putri Sarah Amelia. Keduanya akan tayang perdana bersama film pendek lainnya, Bura karya Eden Junjung yang merupakan nominasi film pendek terbaik Festival Film Indonesia 2019 dan berkompetisi di Singapore International Film Festival 2019, serta Kiwa dari sutradara Loeloe Hendra, yang sebelumnya menelurkan film Onomastika, film pendek yang berkompetisi di Festival Film Indonesia 2014 dan Generation K Plus Berlinale Film Festival 2015.
Beralih ke film panjang, salah satunya datang dari Yusuf Radjamuda sineas asal Palu, Sulawesi Tenggara. Debut film panjang Yusuf Radjamuda yang akrab dipanggil Papa Al ini dapat disaksikan lewat film Mountain Song, film yang menyabet New Talent Award Best Scriptwriter di Shanghai International Film Festival 2019 silam. Debut film pendeknya Halaman Belakang di tahun 2013 banyak diapresiasi di berbagai festival film seperti Dubai International Film Festival dan Jogja-Netpac Asian Film Festival. Mountain Song yang diproduseri oleh Ifa Isfansyah dan Fourcolors Films diharapkan menyapa penonton lebih luas setelah berkeliling di festival internasional dan tayang di Film Musik Makan 2020.
Film The Adams: Masa-Masa Sebuah Dokumenter Pembuatan Album Agterplaas merupakan debut penyutradaraan Cakti Prawirabhisma, fotografer panggung musik yang turut mendokumentasikan perjalanan the adams sejak tahun 2014. Dokumenter ini merupakan potret kembalinya The Adams ke dapur rekaman setelah absen selama 13 tahun. The Adams dikenal masyarakat musik Indonesia lewat single Konservatif di tahun 2005 dan muncul sebagai soundtrack di film Janji Joni. Untuk pertama kalinya, The Adams: Masa-Masa Sebuah Dokumenter Pembuatan Album Agterplaas akan tayang di publik lewat Film Musik Makan 2020. The Adams juga akan mengadakan tur album Agterplaas di Jawa Tengah dan Jawa Timur mulai bulan Maret 2020.
Dwi Sujanti Nugraheni merupakan sineas dokumenter yang sudah melanglang buana lewat karya Denok dan Gareng, sebuah film yang berkompetisi di International Documentary Film Festival- Amsterdam (IDFA) 2012 dan menyabet penghargaan Best Film di Salaya Doc (2013) serta Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia (2013). Bersama Kampung Halaman dan produser Dian Herdiany serta Prima Rusdi, ia meluncurkan film panjang kedua terbarunya Between The Devil and The Deep Blue Sea. Sebuah film dokumenter yang mengangkat kisah Ona, perempuan muda yang berambisi menjadi ahli biologi kelautan dari Kaledupa. Hidup Ona terbentur dua problematika; dosen yang tidak adil memperlakukan nilainya di kampus dan kekasih yang sempat memerkosanya kembali ke kehidupannya setelah keluar dari penjara. Ona adalah potret perempuan yang mengayuh hidupnya sendiri untuk bisa independen dan percaya diri. Between The Devil and The Deep Blue Sea tayang perdana di Indonesia lewat Film Musik Makan 2020.
Tidak lengkap Film Musik Makan tanpa diskusi seputar isu terkini di dunia film. Kali ini akan dibahas pentingnya mahasiswa dan film dalam ekosistem perfilman Indonesia, baik di ranah aktivisme dan juga kreativitas produksi. Sejauh mana peran mahasiswa berkontribusi dalam keragaman film Indonesia, terutama film pendek dan bagaimana jenjang karier para pembuat film muda ini selepas menyandang gelar mahasiswa? Apakah penting pendidikan film bagi para mahasiswa yang tidak belajar di sekolah film? Bagaimana peran pendidik yang juga punya latar belakang pendidikan serta pengalaman film bagi para mahasiswa? Diskusi ini akan menghadirkan narasumber Ekky Imanjaya, dosen program studi film Universitas Bina Nusantara yang juga periset serta Doktor Kajian Film lulusan dari University of East Anglia, Inggris, Makbul Mubarak, sutradara dan dosen program studi film Universitas Multimedia Nusantara, dengan moderator Lulu Ratna dari Organisasi Boemboe.
Sajian Film Musik Makan tak lengkap tanpa Lapak Makan Sineas, salah satunya dengan Mamu & The Yellowhands, yang akan memberikan citarasa herbal yang menyehatkan lewat berbagai racikan jamu. Ada kunyit asam, temulawak dan beras kencur. Dita Gambiro, penata artistik film-film Galih dan Ratna, The Man from The Sea, adalah sosok di balik Mamu & The Yellow Hands.
Dalam semangat yang sama dengan Film Musik Makan di Jakarta, akan hadir juga di Padang, Palembang dan Medan untuk menyapa penonton di pulau Sumatera, Pontianak untuk teman-teman di Kalimantan, serta tak lupa Yogyakarta, Bandung dan Surabaya ikut berpatisipasi. Selain itu, seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, film-film yang tayang di acara ini akan berkeliling diputar ke kota- kota lain dan Kolektif juga membuka kesempatan bagi komunitas untuk mengadakan kegiatan pemutaran di ruang alternatif di kota laina.
Film Musik Makan diadakan 8 Maret 2019 di GoetheHaus Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Kolektif didukung sepenuhnya oleh GoetheHaus dan Genflix serta rekanan media Infoscreening, Podluck, Catalyst Art, dan Kincir.com
Untuk menonton rangkaian film-film dan menikmati musik di acara Film Musik Makan 2019, diberlakukan donasi senilai Rp 200.000 (terusan). Untuk informasi dan reservasi acara Film Musik Makan 2019, bisa dipesan lewat bit.ly/390UiG3 atau email: filmmusikmakan@gmail.com dan no.tlp 08562093079 (WA/SMS) dan ikuti @kolektiffilm di Instagram untuk info terbaru. Tiket juga bisa didapatkan di aplikasi GOERS lewat ponsel atau situs goersapp.com
Tentang Kolektif
Kolektif merupakan inisiatif pemutaran dan distribusi film dari Yayasan Cipta Cita Indonesia yang melakukan kegiatan pemutaran alternatif ke ruang-ruang publik sejak tahun 2012. Kolektif bergerak dan mencari peluang kegiatan pemutaran serta lokakarya yang berkaitan dengan film bersama komunitas-komunitas di seluruh Indonesia. Selain di Jakarta, Kolektif juga sudah mengadakan kegiatan di Yogyakarta, Surabaya, Palu, Makassar, Bandung, Malang, Aceh, Bali, Samarinda dan akan terus berkegiatan di ruang-ruang alternatif lainnya. Kegiatan lain yang dilakukan Kolektif antara lain lokakarya penulisan, manajemen komunitas dan forum diskusi. Kini Kolektif mendistribusikan lebih dari 25 judul film ke lebih dari 50 rekanan komunitas di dalam maupun luar negeri, dan menjangkau hampir 18000 penonton di tahun 2019.
Untuk info seputar kegiatan dan kerjasama hubungi
kolektif.film@gmail.com atau
085714994437 (Gayatri Nadya)